Kamis, 09 Mei 2013

Kritik Puisi Tahun 2000-an


TAHAP PENGKRITIKAN
1.      Puisi tahun 2008
Doa Seorang Peminta

Orang itu datang
Minta padaku satu tasbih saja
Tak ada yang kuberikan
Orang itu berdoa semoga aku punya tasbih

Kembali orang itu datang
Minta padaku satu zikir saja
Tak ada yang kuberikan
Orang itu berdoa semoga aku punya zikir

Kembali orang itu datang
Minta padaku satu shalawat saja
Tak ada yang kuberikan
Orang itu berdoa semoga aku punya shalawat

Bagaimana aku dapat memberi
Sedangkan aku tak pula lagi
Aku telah dimiskinkan kesenangan dunia
Aku merugi

Bertahun tahun aku jadi musafir
Orang itu datang lagi padaku
Dan aku beri apa yang dia pinta
Orang itu bersyukur doanya terkabul


A.     TAHAP DESKRIPSI
Pada tahap ini sebuah karya sastra dikritik dengan melihat unsur intrinsik karya sastra.
1.      Tema
Tema yang terdapat dalam puisi ini adalah taubatnya seseorang musafir.

2.      Latar/Setting
-
3.      Tokoh
Terdapat tokoh didalam puisi ini yaitu : aku dan orang itu.


4.      Rima
Menggunakan rima bebas

5.      Diksi
Mempunyai makna denotasi (makna yang sebenarnya)
6.      Citraan
Puisi ini mengunakan citraan penglihatan

7.      Majas/gaya bahasa
Majas/gaya bahasa yang terdapat dalam puisi ini adalah majas perbandingan/asosiasi. Hal ini terlihat pada bait orang itu datang, meminta pada ku satu tasbih saja, tak ada yang ku berikan, orang itu berdoa supaya aku dapat tasbih.
8.      Angkatan/Tahun
2008
9.      Sajak
Sajak dalam puisi ini adalah sajak bebas.

B.     TAHAP ANALISIS
Pada tahap ini analisis yang dilakukan adalah mengungkapkan setiap kalimat yang ada pada tiap bait dari kalimat yang bermakna konotatif menjadi kalimat yang bermakna denotatif.
Adapun hasil analisisnya adalah sebagai berikut:
“Orang itu datang, minta padaku satu tasbih saja, tak ada yang kuberikan, orang itu berdoa semoga aku punya tasbih”. Seseorang yang memohon doa dan perlindungan. Selain itu, seseorang yang peduli terhadap sesama manusia memberikan nasehat serta doa. Agar dalam kehidupan seseorang yang telah lupa akan ke kayaannya. Sesama manusia hendaklah mensyukuri dan beriman kepada Allah Swt.
Paragraf selajutnya, “Bagaimana aku dapat memberi, sedangkan aku tak pula lagi, aku telah dimiskinkan kesenangan dunia, dan aku merugi. Dalam kehidupan kita hendaklah saling menghormati dan menghargai. Dan beriman kepada Allah Swt. Kemudian apa yang telah diberikan oleh Allah Swt di dunia hendaknya mensyukuri dan berbagi sesama manusia. Dan apabila kita kaya seharusnya berbagi sesama manusia.

2.       Puisi tahun 2000 – an

Karangan Bunga

Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke salemba
Sore itu.

Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi

A.     TAHAP DESKRIPSI
Pada tahap ini sebuah karya sastra dikritik dengan melihat unsur intrinsik karya sastra.
      1.      Tema
Tema yang terdapat dalam puisi ini adalah kepahlawanan.

      2.      Latar/setting
Terjadi pada siang dan sore hari

      3.      Tokoh
Terdapat dua tokoh dalam puisi ini, yakni tokoh utama dan tokoh figuratif. Secara konotatis tokoh utamanya adalah tiga anak kecil sedangkan tokoh figuratifnya adalah kakak yang ditembak mati.

      4.      Rima
Menggunakan rima bebas.

      5.      Diksi
Mempunyai kata-kata berkonotasi (tidak sebenarnya).

      6.      Citraan
Puisi ini menggunakan citraan penglihatan.

       7.      Majas/Gaya Bahasa
Majas yang digunakan dalam puisi ini adalah majas perbandingan/asosiasi. Hal ini terlihat pada bait pertama baris pertama “tiga anak kecil” yang menggambarkan tiga tuntutan rakyat (Tritura). Juga terdapat pada judul puisi itu sendiri serta pada bait kedua baris kedua. Hampir semua kalimat dalam puisi ini menggunakan majas asosiasi.

      8.      Angkatan
Puisi ini berada pada angkatan ’66

       9.      Sajak
Sajak dalam puisi ini adalah sajak bebas.

B.     TAHAP ANALISIS
Pada tahap ini analisis yang dilakukan adalah mengungkapkan setiap kalimat yang ada pada tiap bait dari kalimat yang bermakna konotatif menjadi kalimat yang bermakna denotatif.

Adapun hasil analisisnya adalah sebagai berikut:
”Tiga anak kecil, dalam langkah malu-malu, datang ke Salemba, sore itu” memiliki makna yang sangat berbeda dari tulisan harfiahnya. Tiga anak kecil adalah simbol Tritura yang diteriakkan oleh rakyat karena Indonesia telah terlalu lama tunduk pada pemerintahan Soekarno dan takut untuk berubah (inilah yang dilambangkan ”dalam langkah malu-malu). Sementara Salemba adalah simbol perjuangan rakyat, karena pada waktu itu dijadikan markas KAMI. Selain itu juga menjadi tempat dimakamkannya jenazah Arif Rahman Hakim.

Bait kedua: ”’Ini dari kami bertiga, pita hitam pada karangan bunga, sebab kami ikut berduka, bagi kakak yang ditembak mati, siang tadi!” lebih bersifat sugestif (bahasa yang menyaran dan memengaruhi pikiran pembaca) dan juga bersifat asosiatif (mampu membangkitkan pikiran dan perasaan yang merembet pada peristiwa penembakan Arif Rahman Hakim, karena Taufiq mengatakan, ”bagi kakak yang ditembak mati siang tadi!”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar