1. Pengertian
Relasi Makna Menurut Para Ahli :
Didalam
Linguistik Umum (Karsinem 2008 : 297) Relasi Makna merupakan hubungan semantik
yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya.
Satuan Bahasa (Frase, kata maupun Kalimat).
Drs.
Abdul Chear (1989 : 82) mengemukan bahwa Relasi Makna merupakan hubungan
kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa yang
lainya lagi.
Menurut
KBBI (2008 : 1159) Relasi adalah hubungan, perhubungan, pertalian. Sintagmatis ling adalah hubungan
kata atau frase dengan dasarnya dari sudut urutan gramatikal. Dan makna adalah
arti.
2. Jenis
– jenis Relasi Makna.
1. Sinonimi
2. Antonimi
dan Oposisi
3. Hominimi,
homofoni, dan homografi
4. Hipomini
dan hipermini
5. Ambiguitas
6. Redundansi
OPOSISI
Dari
penjelasan antonimi yang berasal dari kata Yunani Kuno, yaitu “onoma” yang
artinya “nama”, dan anti yang artinya “melawan”. Maka secara harfiah antonimi
berarti “nama lain untuk benda lain pula”. Dari penjelasan ini dapat dilihat
bahwa antonimi pun, sama halnya dengan sinonim, tidak bersifat mutlak.
Verhaar (1995 : 89) dalam Abdul
Chair menjelaskan bahwa ‘yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan
lain’. Jadi, hanya dianggap kebalikan. Bukan mutlak berlawanan.
Sehubungan dengan ini banyak pula
yang menyebutnya Oposisi makna. Dengan istilah oposisi, maka bisa
tercangkup dari konsep yang betul – betul berlawanan sampai kepada yang hanya
bersifat kontras saja.
Dalam KKBI (2008 : 985) menjelaskan
oposisi adalah pertentangan antara dua
unsur bahasa untuk memperlihatkan perbedaan arti. thankful dengan thankless,
dimana ful dan less berantonim; antara progresif dengan regresif,
dimana fro dan re berantonim.
3. Berdasarkan
Sifatnya, oposisi terbagi menjadi :
Ø Oposisi
Mutlak
Disini
terdapat pertentangan makna secara mutlak. Umpamanya antara kata ‘hidup’ dan
‘mati’. Antara ‘hidup’ dan ‘mati’ terdapat batas mutlak, sebab sesuatu yang
hidup tentu belum mati. Sedangkan sesuatu yang mati tentu sudah tidak hidup
lagi. Contoh lainya adalah kata ‘gerak’ dan ‘diam’. Sesuatu yang (ber) ‘gerak’
tentu dalam keadaan diam. Dan sesuatu yang ‘diam’ tidak dalam keadaan
‘bergerak’.
Ø Oposisi
Kutub
Makna
kata oposisi kutub ini bertentangan dengan tidak bersifat mutlak, melainkan
bersifat gradasi. Artinya terdapat tingkat – tingkat makna pada kata – kata
tersebut. Misalnya kata ‘kaya dan ‘miskin’ dua buah kata yang beroposisi kutu.
Pertentangan antara ‘kaya’ dan ‘miskin, tidak mutlak. Orang yang tidak kaya
belum tentu merasa miskin, dan begitu juga orang yang miskin belum tentu tidak
kaya.
Kata
– kata yang beroposisi kutub ini bersifat relatif, susah ditentukan batasnya
yang mutlak. Atau bisa juga dikatakan batasannya bergeser, tidak tetap pada
satu titik. Berikut adalah diagram keadaan sebagai berikut :
Kutub
A
Kaya
...............................................................
BATAS
Miskin
Kutub B
Semakin
ke atas semakin ‘kaya’ dan semakin kebawah makin ‘miskin’. Namun batas miskin
dan kaya itu sendiri dapat bergesar keatas dan kebawah. Dan contoh lainnya adalah
besar – kecil. Dalam deret kambing, kelinci dan kucing, maka kucing menjadi
yang paling kecil. Dan dalam deretan kambing, kelinci dan kucing, maka
kambinglah yang paling besar. Jadi jelas batasan dalam oposisi kutub ini
relatif. Kata – katayang beroposisi kutub ini umumnya adalah kata – kata dari
kelas adjektif, seperti jauh – dekat, panjang – pendek, tinggi – rendah, terang
– gelap dan luas – sempit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar