Kamis, 07 Maret 2013

RELASI MAKNA


1.      Pengertian Relasi Makna Menurut Para Ahli :
Didalam Linguistik Umum (Karsinem 2008 : 297) Relasi Makna merupakan hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Satuan Bahasa (Frase, kata maupun Kalimat).
Drs. Abdul Chear (1989 : 82) mengemukan bahwa Relasi Makna merupakan hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa yang lainya lagi.  
Menurut KBBI (2008 : 1159) Relasi adalah hubungan, perhubungan, pertalian.  Sintagmatis ling adalah hubungan kata atau frase dengan dasarnya dari sudut urutan gramatikal. Dan makna adalah arti.

2.      Jenis – jenis Relasi Makna.
1.      Sinonimi
2.      Antonimi dan Oposisi
3.      Hominimi, homofoni, dan homografi
4.      Hipomini dan hipermini
5.      Ambiguitas
6.      Redundansi

OPOSISI
Dari penjelasan antonimi yang berasal dari kata Yunani Kuno, yaitu “onoma” yang artinya “nama”, dan anti yang artinya “melawan”. Maka secara harfiah antonimi berarti “nama lain untuk benda lain pula”. Dari penjelasan ini dapat dilihat bahwa antonimi pun, sama halnya dengan sinonim, tidak bersifat mutlak.
            Verhaar (1995 : 89) dalam Abdul Chair menjelaskan bahwa ‘yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain’. Jadi, hanya dianggap kebalikan. Bukan mutlak berlawanan.
            Sehubungan dengan ini banyak pula yang menyebutnya Oposisi makna. Dengan istilah oposisi, maka bisa tercangkup dari konsep yang betul – betul berlawanan sampai kepada yang hanya bersifat kontras saja.
            Dalam KKBI (2008 : 985) menjelaskan oposisi adalah pertentangan  antara dua unsur bahasa untuk memperlihatkan perbedaan arti. thankful dengan thankless, dimana ful dan less berantonim; antara progresif dengan regresif, dimana fro dan re berantonim.
3.      Berdasarkan Sifatnya, oposisi terbagi menjadi :
Ø  Oposisi Mutlak
Disini terdapat pertentangan makna secara mutlak. Umpamanya antara kata ‘hidup’ dan ‘mati’. Antara ‘hidup’ dan ‘mati’ terdapat batas mutlak, sebab sesuatu yang hidup tentu belum mati. Sedangkan sesuatu yang mati tentu sudah tidak hidup lagi. Contoh lainya adalah kata ‘gerak’ dan ‘diam’. Sesuatu yang (ber) ‘gerak’ tentu dalam keadaan diam. Dan sesuatu yang ‘diam’ tidak dalam keadaan ‘bergerak’.
Ø  Oposisi Kutub
Makna kata oposisi kutub ini bertentangan dengan tidak bersifat mutlak, melainkan bersifat gradasi. Artinya terdapat tingkat – tingkat makna pada kata – kata tersebut. Misalnya kata ‘kaya dan ‘miskin’ dua buah kata yang beroposisi kutu. Pertentangan antara ‘kaya’ dan ‘miskin, tidak mutlak. Orang yang tidak kaya belum tentu merasa miskin, dan begitu juga orang yang miskin belum tentu tidak kaya.
Kata – kata yang beroposisi kutub ini bersifat relatif, susah ditentukan batasnya yang mutlak. Atau bisa juga dikatakan batasannya bergeser, tidak tetap pada satu titik. Berikut adalah diagram keadaan sebagai berikut :
                                Kutub A
                                                Kaya

............................................................... BATAS

                                                      
                                                            Miskin
                                                 


                                          Kutub B

Semakin ke atas semakin ‘kaya’ dan semakin kebawah makin ‘miskin’. Namun batas miskin dan kaya itu sendiri dapat bergesar keatas dan kebawah. Dan contoh lainnya adalah besar – kecil. Dalam deret kambing, kelinci dan kucing, maka kucing menjadi yang paling kecil. Dan dalam deretan kambing, kelinci dan kucing, maka kambinglah yang paling besar. Jadi jelas batasan dalam oposisi kutub ini relatif. Kata – katayang beroposisi kutub ini umumnya adalah kata – kata dari kelas adjektif, seperti jauh – dekat, panjang – pendek, tinggi – rendah, terang – gelap dan luas – sempit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar